Infrastruktur dan Literasi Jadi Tembok Penghalang Adaptasi Teknologi di Papua

Kabaroman.com – Di tengah kekayaan sumber daya alam dan potensi yang melimpah, masyarakat Papua, khususnya yang berada di kawasan Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T), menghadapi tembok tantangan yang signifikan dalam beradaptasi dengan era digital. Kesenjangan yang semakin menganga ini dipicu oleh sejumlah faktor krusial, mulai dari absennya jaringan internet hingga rendahnya pemahaman teknologi, yang secara kolektif menghambat akses mereka terhadap dunia informasi dan peluang ekonomi modern.

Analisis mengenai tantangan adaptasi digital di Papua menemukan bahwa kondisi ini berakar pada tiga pilar masalah utama.

Pertama, Keterbatasan Infrastruktur Digital. Ribuan wilayah di Papua dilaporkan masih belum memiliki akses sinyal telepon seluler atau internet yang stabil, bahkan di beberapa daerah terpencil jaringan telekomunikasi masih nihil. Ketiadaan akses ini menjadi hambatan dasar bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi penting sehari-hari, termasuk berita, layanan kesehatan daring, dan materi pendidikan.

Kedua, Rendahnya Tingkat Literasi Digital. Meskipun pemerintah dan organisasi non-pemerintah telah berupaya meluncurkan program literasi digital, banyak masyarakat—terutama yang tinggal di pedalaman dan generasi tua—belum memiliki pengetahuan dasar dalam mengoperasikan perangkat digital seperti ponsel pintar atau komputer. Ketidakpahaman ini sering kali menimbulkan rasa canggung dan keengganan untuk memanfaatkan teknologi yang tersedia.

Ketiga, Kesenjangan Sosial dan Ekonomi. Akses terhadap teknologi cenderung terpusat di wilayah perkotaan. Sementara itu, keterbatasan sumber daya ekonomi menjadi kendala besar bagi banyak keluarga di pedesaan Papua. Mereka kesulitan untuk membeli perangkat digital yang memadai atau membayar biaya langganan internet, yang pada akhirnya memperburuk siklus ketidakberdayaan dalam menghadapi tuntutan digitalisasi.

Dampak Meluas pada Sektor Ekonomi dan Sosial

Dampak dari keterbatasan adaptasi digital ini sangat signifikan dan beragam. Keterbatasan akses informasi secara langsung menghambat pendidikan dan kesehatan, misalnya menyulitkan anak-anak untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh.

Secara ekonomi, minimnya pemanfaatan teknologi menghambat potensi ekonomi lokal. Produk-produk unggulan Papua, seperti kopi, rempah, dan kerajinan tangan, sulit dipasarkan secara luas karena kurangnya pemahaman tentang e-commerce dan strategi pemasaran digital, membuat pelaku usaha kecil kehilangan peluang menjangkau pasar yang lebih besar.

Selain itu, masyarakat yang tidak terhubung dengan dunia digital berisiko mengalami keterasingan sosial, merasa terisolasi dari perkembangan sosial dan budaya yang terjadi di luar wilayah mereka.

“Langkah-langkah strategis harus diterapkan secara efektif untuk memberdayakan masyarakat Papua. Upaya ini harus dimulai dengan mengatasi akar masalah pada infrastruktur, literasi, dan kesenjangan ekonomi secara komprehensif,” demikian salah satu poin penekanan dalam analisis tersebut, menyoroti urgensi intervensi untuk memastikan masyarakat Papua dapat beradaptasi dan tidak terisolasi dari perkembangan zaman.

Pos terkait