Kabaroman.com – Pemerintah kabupaten Dogiyai melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar seminar sehari bertajuk “Menggali potensi pariwisata melalui budaya untuk meningkatkan ekonomi rakyat kabupaten Dogiyai”, Senin (3/11/2025) di auditorium RRI Nabire.
Kegiatan ini menindaklanjuti hasil survei lapangan yang dilakukan satu tim dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dogiyai selama 9 hari (20-29 September 2025) di sejumlah lokasi di kabupaten Dogiyai.
Pelaksana tugas (plt) bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Dogiyai, Natan Naftali Tebai, S.Sos, M.Si, mengatakan, hasil survei tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan kerja dinas ke depan.

“Melalui kegiatan ini kami ingin melahirkan rencana kerja yang melibatkan seluruh pihak, baik dari pemerintah, kelompok mitra, maupun masyarakat,” kata Natan.
Selain seminar sehari, menurut Natan, kegiatan lainnya berupa bimbingan teknis terkait pendampingan bertujuan untuk membangun kebersamaan antarinstansi dan pemangku kepentingan di kabupaten Dogiyai.
Natan Tebai berharap, kegiatan serupa dapat memperkuat kolaborasi lintas dinas dalam mendukung visi dan misi bupati dan wakil Bupati Dogiyai selama lima tahun.
Dalam sambutannya, plt kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Dogiyai, Stepanus Tebai, S.Pd, mengatakan, pihaknya terus berupaya merancang program-program baru yang relevan dengan perkembangan zaman.
“Anak-anak muda yang tergabung dalam OKP dan komunitas lainnya harus ikut menjaga dan mengembangkan budaya lokal kita, seperti menganyam noken, mengenakan pakaian adat, dan mempertahankan cara hidup tradisional,” tutur Stepanus.
Mantan guru selama puluhan tahun di kabupaten Paniai itu menyebut pengembangan budaya lokal menjadi bagian penting dalam membangun pariwisata daerah di kabupaten Dogiyai.
“Hasil dari seminar ini kita fokuskan pengembangan budaya lokal. Potensi budaya harus dikemas menjadi bagian dari penggerak ekonomi masyarakat Dogiyai,” ujarnya.
Bupati Dogiyai, Yudas Tebai, S.Pd, M.Si, dalam sambutannya mengapresiasi upaya dari dinas terkait untuk memikirkan pengembangan potensi wisata budaya dan alam yang ada di kabupaten Dogiyai.
Bupati berharap, kegiatan seminar memicu lahirnya ide-ide kreatif untuk mendorong adanya upaya bersama mengembangkan kreativitas masyarakat. Banyak potensi budaya yang dapat digali untuk dipromosikan sebagai obyek wisata yang bisa mendongkrak ekonomi masyarakat setempat, setidaknya bagi yang tinggal di sekitar destinasi wisata alam.
“Dogiyai memiliki banyak kekayaan alam dan budaya yang unik. Kekayaan alam yang indah dan budaya yang khas merupakan aset berharga. Kalau dikelola dengan baik, tentunya akan menjadi daya tarik wisata yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dogiyai,” ujarnya.
Bupati Dogiyai juga menekankan pentingnya sinergitas antara pemerintah daerah, pelaku usaha, komunitas seni, dan organisasi kepemudaan. Kemitraan yang telah dibangun terus dilanjutkan demi mewujudkan program-program yang dirancang dalam mebangun sektor pariwisata berbasis budaya tradisional lokal. Selain itu, ia berharap pihak lain agar ambil bagian untuk bergerak bersama dinas teknis lainnya.
“Mari kita lahirkan ide, gagasan, dan strategi konkrit dalam seminar ini untuk bisa mengembangkan pariwisata berbasis budaya secara berkelanjutan. Budaya lokal harus menjadi identitas dan kekuatan dalam membangun Dogiyai kedepan,” tandasnya.
Kegiatan seminar sehari menarik diikuti dari kalangan pemuda, juga berbagai pihak. Apalagi dihadirkan sejumlah pemateri berkompeten, antara lain perwakilan pemerintah provinsi Papua Tengah, ketua IV DPRP Papua Tengah, perwakilan tokoh muda Dogiyai, dan jurnalis Papua.
Sebelum menutup rangkaian seminar sehari, Stepanus Tebai menekankan budaya dan pariwisata memiliki potensi besar untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat jika terus menerus dikelola secara kolaboratif dan berbasis kearifan lokal.
“Kami ingin agar setiap pengembangan pariwisata berjalan berdasarkan hak dan kelayakan masyarakat adat yang memiliki wilayah tersebut. Anak-anak muda dan intelektual Dogiyai harus terlibat aktif dalam merancang dan mengelola destinasi wisata di daerahnya sendiri,” ujar Tebai.
Dicontohkan konsep “desa wisata” yang sukses diterapkan di beberapa daerah di Indonesia. Menurutnya, konsep serupa bisa dicoba di Dogiyai dengan menggabungkan potensi sejumlah kampung yang memiliki nilai budaya dan keindahan alam untuk dikelola bersama masyarakat.
“Kita perlu belajar dari daerah lain, seperti di Semarang, Jawa Tengah. Ada beberapa desa digabung menjadi satu kawasan wisata. Semua masyarakat di dalamnya ikut merasakan manfaat ekonomi,” jelasnya.
Stepanus juga menyoroti pentingnya kepastian hak kepemilikan lahan untuk mendukung keberlanjutan pembangunan wisata di Dogiyai. Ia mengusulkan agar lokasi wisata yang dikembangkan bisa disertifikasi atas nama pemerintah, tetapi tetap memberi ruang bagi masyarakat adat sebagai pengelola utama.
“Kalau pengelolaan lokasi wisata masih tarik-menarik antara pemerintah dan pemilik lahan, pembangunan tidak akan berjalan. Maka kita harus mencari jalan tengah yang adil agar semua pihak merasa diuntungkan,” tegasnya.
Kepala dinas juga ucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dan panitia yang telah mengikutinya sejak pagi hingga sore hari. Ia berharap hasil seminar ini menjadi langkah awal untuk membangun pariwisata Dogiyai yang mandiri dan berbasis budaya lokal.






