Kabaroman.com – Papua, sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini, memiliki potensi ekonomi dan strategis yang besar dalam peta geopolitik Indo-Pasifik. Hal ini tercermin dari transaksi perdagangan di pasar tradisional Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, yang mencapai Rp3,5 miliar dalam tiga bulan terakhir. Angka tersebut menunjukkan besarnya peluang ekonomi di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Kepala Badan Pengelolaan Perbatasan Kota Jayapura, Matius Pawara, menjelaskan bahwa pasar tradisional di Skouw hanya beroperasi dua hari dalam seminggu, yaitu Kamis dan Sabtu. Namun, aktivitas perdagangan di hari Sabtu cenderung lebih ramai karena banyak warga Papua Nugini yang datang untuk berbelanja. “Pasar dikelola oleh Dinas Perdagangan Papua, sehingga retribusinya masuk ke kas Pemerintah Provinsi Papua, meskipun wilayah Muara Tami secara administratif berada di bawah Kota Jayapura,” ujar Pawara saat Diskusi Terpumpun bertajuk Indonesia dalam Pusaran Indo-Pasifik: Posisi Strategis Papua , Jumat (21/3/2025).
Direktur PT Youtefa Permai, George Waromi, menegaskan bahwa peluang bisnis dengan Papua Nugini sangat menjanjikan. Perusahaan yang ia pimpin pernah merasakan manfaatnya melalui ekspor material bangunan dan pengerjaan proyek pembangunan sekolah di Papua Nugini. Namun, ia juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi, terutama terkait sistem perbankan.
“Kami sempat mengalami kesulitan dalam transaksi perbankan. Korespondensi antarbank membutuhkan waktu lama, minimal dua pekan. Untuk mengatasi hal itu, kami terpaksa bekerja sama dengan pengusaha asal Tiongkok,” kata Waromi. Ia menambahkan bahwa keterbatasan infrastruktur perbankan menjadi salah satu hambatan utama bagi pelaku usaha lokal yang ingin memperluas jaringan bisnis ke Papua Nugini dan negara-negara Pasifik lainnya.
Ketua Pusat Studi Indo-Pasifik Universitas Cenderawasih, Melyana R. Pugu, menyatakan bahwa hasil diskusi terpumpun ini dapat menjadi laporan yang menarik dan strategis. Laporan tersebut diharapkan dapat menggambarkan potensi Papua sebagai pintu gerbang Asia Tenggara menuju Pasifik Selatan. Menurutnya, narasumber yang hadir dalam FGD berasal dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah, pelaku ekonomi, dan sektor bisnis.
“Kerja sama lintas sektor sangat penting untuk mengidentifikasi peluang bisnis di Papua, Papua Nugini, dan negara-negara Pasifik lainnya. Hasil diskusi ini juga diharapkan bisa menjadi rekomendasi dalam pengambilan kebijakan serta pembentukan opini publik tentang posisi strategis Papua,” kata Melyana.
Ia menekankan bahwa Papua tidak hanya memiliki nilai ekonomi, tetapi juga peran geopolitik yang signifikan dalam kebijakan luar negeri Indonesia, khususnya dalam konteks Indo-Pasifik. Sebagai bagian dari visi Indo-Pacific Outlook yang dicanangkan Indonesia, Papua dapat menjadi salah satu pilar utama dalam memperkuat hubungan diplomatik dan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Pasifik.
Diskusi ini juga menyoroti pentingnya pengembangan infrastruktur dan regulasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan. Infrastruktur transportasi, logistik, dan perbankan perlu diperbaiki agar pelaku usaha lokal dapat bersaing dengan pengusaha asing dalam memanfaatkan peluang bisnis di Papua Nugini dan Pasifik.
Melyana berharap bahwa hasil diskusi ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah pusat dan daerah untuk merumuskan kebijakan yang lebih inklusif dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu, Papua tidak hanya menjadi wilayah strategis dalam geopolitik Indo-Pasifik, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
Penguatan peran Papua di Indo-Pasifik bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang membangun identitas regional yang kuat. Melalui kerja sama lintas batas dengan Papua Nugini dan negara-negara Pasifik lainnya, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemain utama di kawasan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, Papua dapat menjadi contoh sukses integrasi antara pembangunan nasional dan diplomasi regional.
Ke depannya, Papua diharapkan tidak hanya menjadi wilayah perbatasan, tetapi juga pusat inovasi dan kolaborasi yang mendorong kemajuan Indonesia di tingkat global. Dengan potensi besar yang dimiliki, Papua siap menjadi salah satu pilar utama dalam kebijakan luar negeri dan pembangunan nasional Indonesia di era Indo-Pasifik.