Kabaroman.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap berbagai faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Papua Barat masih tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Salah satu tantangan terbesar adalah tingginya angka ketidakhadiran guru di sekolah-sekolah di wilayah tersebut.
Direktur Evaluasi Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi BRIN, Yan Rianto, menyebut bahwa tingkat ketidakhadiran guru di Papua Barat mencapai 37 hingga 43 persen. Hal ini ia sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja Pendidikan di Daerah 3T dan Daerah Marginal yang berlangsung di Komisi X DPR RI pada Selasa (4/3/2025).
Selain absennya guru, faktor lain yang memperburuk kondisi pendidikan di Papua Barat adalah terbatasnya akses ke sekolah, rendahnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan, serta penerapan kurikulum nasional yang belum berjalan optimal. Banyak sekolah di daerah terpencil kesulitan menerapkan standar kurikulum karena keterbatasan sumber daya dan infrastruktur.
Kondisi geografis yang menantang juga menjadi kendala utama. Sebagian besar masyarakat tinggal di wilayah pegunungan dengan akses yang sulit. Beberapa siswa bahkan harus menempuh perjalanan lebih dari 10 kilometer untuk mencapai sekolah terdekat. Di sisi lain, pemerintah daerah masih mengalami keterbatasan dalam menjalankan kebijakan pendidikan, meskipun memiliki kewenangan khusus dalam pengelolaan wilayah.
Faktor budaya turut memengaruhi pendidikan di Papua Barat. Waktu belajar siswa sering terbatas karena anak-anak Orang Asli Papua (OAP) kerap membantu orang tua berburu, berkebun, atau menghadiri upacara adat. Di Papua Barat Daya, tantangan serupa juga ditemukan, terutama dalam hal literasi. Banyak siswa di tingkat sekolah dasar masih kesulitan membaca dan memahami teks sederhana.
Untuk mengatasi masalah ini, BRIN mengusulkan beberapa solusi, seperti pengembangan metode pembelajaran literasi bagi siswa SD, peningkatan asupan gizi anak sekolah, serta penghapusan pungutan yang membebani orang tua. Diharapkan langkah-langkah ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Papua Barat dan memberikan kesempatan belajar yang lebih baik bagi anak-anak di wilayah tersebut.