Kabaroman.com – Pascaserangan terhadap masyarakat asli Papua, Organisasi Papua Merdeka (OPM) kelompok Kodap XV Ngalum Kupel menyebar isu bahwa TNI menggunakan pesawat dan bom dalam misi kemanusiaan, di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.
Isu ini disebar lewat akun media sosial simpatisan OPM. Namun isu ini dibantah oleh kepala distrik dan tokoh agama di Distrik Kiwirok.

Ia menegaskan bahwa tuduhan atau hoaks yang menyasar TNI adalah cara lama OPM untuk memutarbalikan fakta, padahal mereka adalah pelaku tunggal teror.
“Saya melihat sendiri bagaimana Kogabwilhan III membantu warga, terutama para guru yang ketakutan akibat pembakaran sekolah. Tidak ada bom, tidak ada pesawat tempur. Yang ada adalah bantuan dan perlindungan,” ucap Yulianus, Jumat (10/10/2025).
Menurutnya kejadian di Kiwirok ini kembali menunjukkan pola lama OPM yang sering memakai informasi palsu dan propaganda digital untuk penggiringan opini publik.
Penggunaan hoaks telah menjadi senjata digital OPM untuk menebar perpecahan dan kebencian.
“Hoaks adalah senjata baru kelompok separatis. Mereka ingin menciptakan ketakutan dan perpecahan. Tapi masyarakat Papua sudah cerdas, kami tahu siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat,” ucap Yulianus.
Tokoh masyarakat cum Pendeta Markus Nop menyatakan TNI di bawah kendali Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III melaksanakan misi kemanusiaan, bukan operasi militer apalagi membumihanguskan wilayahnya dengan pesawat bom.
Markus mengecam penyebaran fitnah tersebut, sebaliknya OPM yang selama ini menjadi pelaku utama serangan dan teror terhadap masyarakat Pegunungan Bintang.
“Mereka yang membakar sekolah, mengancam guru, tapi malah menuduh TNI mengebom desa. Itu bohong besar. Kami tahu siapa yang sebenarnya membuat kerusakan di sini,” kata Markus.
Aksi penyebaran hoaks ini menurutnya merupakan strategi lama OPM demi menutupi tindakan brutal mereka sendiri, sekaligus menggiring opini publik utamanya masyarakat Papua agar mereka membenci negara.
Isu ini juga dinilai sebagai cara OPM menarik simpati publik internasional sambil menutupi aksi kejahatan kemanusiaannya.
“Saya jadi teringat peristiwa pilu September 2021 silam di desa kami. Usai bakar puskesmas, OPM melecahkan seluruh nakes di mana salah seorang nakes, Ibu Gabriela Meilan, kita temukan tewas mengenaskan di jurang sedalam 500 meter,” pungkas Markus.






