Kabaroman.com – Kebahagiaan menyelimuti Awane Theovilla Yogi saat dirinya resmi menyandang gelar Sarjana Ilmu Ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM). Dara asal Awabutu, Kecamatan Paniai, Papua Tengah, ini tidak dapat menahan air mata haru ketika mengikuti prosesi wisuda di Grha Sabha Pramana. Dengan bangga, ia menggenggam erat ijazah yang menjadi buah perjuangannya selama bertahun-tahun.
Perjalanan Awane meraih pendidikan hingga jenjang sarjana bukanlah hal yang mudah. Berasal dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), Awane sejak kecil bermimpi mendapatkan pendidikan terbaik. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di kampung halamannya, ia melanjutkan ke SMP Santa Maria Bandung.
Namun, pada kelas IX, ia kembali ke Jayapura dan menuntaskan pendidikan di YPPK Kristus Raja. Berkat beasiswa ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah), Awane dapat melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bojong, Pekalongan. Kesempatan itu berlanjut dengan beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi, yang membawanya ke Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Meski bersemangat, Awane sempat menghadapi tantangan berat di awal masa perkuliahannya. Ia mengaku tertekan dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang jauh berbeda. “Awalnya sempat ragu, bisa bertahan atau tidak. Background teman-teman membuat saya minder. Tapi ternyata teman-teman di kampus sangat suportif dan membantu,” ungkapnya. Dukungan dari rekan-rekan kuliah yang terbuka dan siap membantu, termasuk berbagi materi dan belajar bersama, membuat Awane mampu melewati masa sulit itu.
Namun, perjalanan kuliahnya tidak selalu mulus. Pada tahun 2019, Awane sempat mengambil cuti kuliah akibat gejolak rasisme yang meluas terhadap mahasiswa Papua. “Sempat terlintas untuk pindah kampus, tapi pengorbanan yang sudah saya lalui terlalu berat untuk ditinggalkan. Berkat dukungan keluarga dan teman-teman, akhirnya saya bertahan,” tuturnya.
Kini, setelah meraih gelar sarjana, Awane bertekad kembali ke kampung halamannya, Awabutu. Ia ingin mengabdi untuk membangun daerah yang ia gambarkan memiliki potensi besar namun belum tergarap optimal. “Awabutu itu seperti Dieng, dengan tanah subur dan danau yang indah. Kalau dikelola baik, bisa menjadi destinasi wisata unggulan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat,” katanya penuh semangat.
Selain ekonomi, Awane juga ingin berkontribusi pada pendidikan di Awabutu. Meski telah ada banyak sekolah, aksesibilitas menuju layanan pendidikan masih menjadi tantangan besar, terutama bagi anak-anak yang tinggal di kampung seberang danau. Ibunya, seorang guru Bimbingan Konseling, bahkan membuka rumah untuk menampung anak-anak yang membutuhkan tempat tinggal agar bisa melanjutkan sekolah. Terinspirasi oleh pengabdian sang ibu, Awane berharap dapat membawa perubahan bagi masyarakat di kampungnya, baik dalam pendidikan maupun ekonomi.
Kisah Awane menjadi inspirasi bahwa perjuangan dan kerja keras dapat membuka jalan menuju mimpi, meski berasal dari tempat yang jauh dari pusat pembangunan. Dengan semangatnya untuk membangun Awabutu, ia menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya untuk meraih prestasi pribadi, tetapi juga untuk berkontribusi bagi masyarakat.