Kabaroman.com – Pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia kedelapan pada 20 Oktober 2024 menandai tonggak penting dalam sejarah politik nasional dan global. Dukungan internasional terhadap Prabowo mencerminkan harapan besar dari negara-negara sahabat akan kepemimpinannya yang tegas dan berwibawa. Dengan latar belakang di bidang militer dan pengalaman panjang dalam politik serta pertahanan, Prabowo diharapkan mampu membawa Indonesia ke posisi yang lebih dihormati di panggung dunia.
Prabowo sejak awal menonjol dengan pendekatan diplomatik yang proaktif, bahkan sebelum dilantik. Dalam enam bulan terakhir sebagai Menteri Pertahanan, ia mengadakan lebih dari 20 pertemuan bilateral dengan pemimpin dunia seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, PM Jepang Fumio Kishida, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Hal ini memperkuat posisi Prabowo sebagai pemimpin dengan visi global, yang membangun jaringan diplomasi jauh sebelum resmi menjadi kepala negara.
Gaya kepemimpinan Prabowo membawa warna baru dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Sementara Presiden Joko Widodo lebih berfokus pada isu domestik, Prabowo diproyeksikan lebih aktif dalam diplomasi internasional, yang membuat para pengamat menjulukinya sebagai “Presiden Kebijakan Luar Negeri”. Pendekatan ini dipandang mampu meningkatkan posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah dengan pengaruh yang lebih besar di tingkat internasional.
Dalam forum-forum internasional, Prabowo menunjukkan kemampuan diplomatiknya yang luas, termasuk dalam isu-isu geopolitik. Pujian dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono saat Prabowo hadir di Dialog Shangri-La Singapura menggarisbawahi peranannya yang mulai diperhitungkan di arena global. Berbekal pengalaman luas tinggal di berbagai negara dan kefasihan dalam empat bahasa asing, Prabowo memiliki keunggulan yang membuatnya mudah diterima oleh para pemimpin dunia.
Keberhasilan Prabowo dalam menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Australia juga mendapat apresiasi. Profesor Justin Hastings dari Universitas Sydney menyebut Prabowo sebagai presiden yang “pro-Indonesia,” tidak condong ke salah satu pihak, strategi yang sangat relevan dalam dinamika geopolitik Asia-Pasifik yang kompleks. Sikapnya yang lebih terbuka terhadap aliansi pertahanan AUKUS, misalnya, menunjukkan fleksibilitas yang bisa memperkuat hubungan dengan Australia serta memperluas kerjasama strategis di kawasan.
Sambutan hangat terhadap Prabowo dari berbagai pemimpin dunia, seperti PM Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., menunjukkan kepercayaan negara-negara tetangga pada kepemimpinannya. Ucapan selamat dari mereka dan harapan akan kemitraan yang lebih kuat mencerminkan rasa hormat yang mendalam terhadap Prabowo sebagai pemimpin Asia Tenggara.
Sebagai negara dengan posisi strategis di Asia Tenggara, Indonesia di bawah Prabowo berpotensi menjadi kekuatan menengah yang lebih berpengaruh. Analis FPCI, Calvin Khoe, menilai Prabowo akan membawa kebijakan luar negeri yang lebih tegas, terutama dalam keterlibatan di organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, dan OKI.